MATERI BIN KELAS XII K13


Pengertian Kritik Sastra
Jadi, Kritik sastra tersebut dapat diartikan ialah sebagai salah satu objek studi sastra (cabang ilmu sastra) yang melakukan analisis, penafsiran, serta juga penilaian terhadap teks sastra ialah sebagai karya seni. Dibawah ini merupakan pengertian kritik sastra yang dikemukakan oleh para ahli.

Pengertian Kritik Sastra Menurut Para Ahli

Menurut Graham Hough (1966: 3), kritik sastra tersebut tidak hanya terbatas pada penyuntingan, penetapan teks, interpretasi, dan juga pertimbangan nilai. Menurutnya, kritik sastra itu meliputi masalah yang lebih luas mengenai apakah kesusastraan itu sendiri, tentang apa tujuannya, dan juga tentang /mengenai bagaimana hubungannya dengan tiap-tiap masalah-masalah kemanusiaan yang lain.
Abrams didalam “Pengkajian Sastra” (2005: 57), beliau mendeskripsikan bahwa kritik sastra itu merupakan cabang ilmu yang berurusan dengan suatu perumusan, klasifikasi, penerangan, serta juga penilaian karya sastra.Menurut Rene Wellek dan juga Austin Warren, studi sastra (ilmu sastra) mencakup tiga bidang, yakni: teori sastra, kritik sastra, serta sejarah sastra. Ketiga bidang tersebut memiliki hubungan yang erat serta juga saling mengait.
Kritik sastra tersebut dapat diartikan ialah sebagai salah satu objek studi sastra (cabang ilmu sastra) yang melakukan analisis, penafsiran, serta juga penilaian terhadap teks sastra.

Ciri-ciri Kritik Sastra

Adapaun Ciri-Ciri Sastra antara lain ialah sebagai berikut :
1.      Bersifat objektif.
2.     Bertujuan untuk dapat membangun (memperbaiki) karya yang dikritik.
3.     Menjadi bahan acuan untuk dapa atau bisat meningkatkan kreativitas pencipta karya tersebut.

Fungsi Kritik Sastra

Menurut Pradopo, fungsi utama dari kritik sastra ini dapat digolongkan menjadi tiga (2) yakni :
1.      Untuk perkembangan ilmu sastra sendiri.
Kritik sastra tersebt dapat membantu dalam penyusunan teori sastra serta juga sejarah sastra. Hal tersebut  tersirat dalam ungkapan dari Rene wellek, “Karya sastra tidak dapat dianalisis, digolong-golongkan, serta juga dinilai tanpa adanya dukungan prinsip- prinsip kritik sastra.”
2.     Untuk perkembangan kesusastraan.
Maksudnya, kritik sastra tersebut membantu perkembangan kesusastraan bangsa dengan memberi penjelasan bahwa sebuah karya sastra itu , tentang baik buruknya, serta juga menunjukkan wilayah-wilayah jangkauan persoalan karya sastra.
3.     Sebagai penerangan masyarakat
Umumnya yang menginginkan penjelasan mengenai karya sastra, kritik sastra tersebut menguraikan (menganalisis, menginterpretasi, serta juga menilai) karya sastra agar masyarakat umum dapat mengambil manfaat kritik sastra ini bagi pemahaman serta juga apresiasinya terhadap karya sastra (Pradopo, 2009: 93).
Dengan verdasarkan uraian di atas, maka fungsi kritik sastra tersebut dapat digolongkan menjadi dua:
1. Fungsi kritik sastra bagi para pembaca:
  • Membantu memahami suatu karya sastra.
  • Menunjukkan keindahan (estetika) yang terdapat dalam suatu karya sastra.
  • Menunjukkan parameter ataupun ukuran dalam menilai suatu karya sastra.
  • Menunjukkan nilai-nilai misalnya pesan moral yang dapat dipetik dari sebuah karya sastra.
2. Fungsi kritik sastra bagi si pengarang/penulis:
  • Mengetahui kekurangan atau juga kelemahan karyanya.
  • Mengetahui kelebihan karyanya.
  • Mengetahui masalah-masalah yang mungkin akan dijadikan tema tulisannya.

Manfaat Kritik Sastra

Manfaat dari kritik sastra tersebut dapat diuraikan menjadi 3, yaitu:
1. Manfaat kritik sastra bagi penulis:
  • Memperluas wawasan penulis, baik itu yang berkaitan dengan bahasa, objek atau juga tema-tema tulisan, serta juga teknik bersastra.
  • menanamkan motivasi untuk menulis.
  • Meningkatkan kualitas pada tulisan.
2. Manfaat kritik sastra bagi pembaca:
  • Menjembatani kesenjangan antara pembaca serta karya sastra.
  • Menumbuhkan kecintaan pembaca terhadapsuatu  karya sastra.
  • Meningkatkan kemampuan dalam mengapresiasi suatu karya sastra.
  • Membuka mata hati serta juga pikiran pembaca akan nilai-nilai yang terdapat dalam suatu karya sastra.
3. Manfaat kritik sastra bagi perkembangan sastra:
  • Mendorong laju perkembangan sastra, baik dengan secara kualitatif ataupun kuantitatif.
  • Memperluas cakrawala atau juga permasalahan yang tedapat dalam karya sastra.

Jenis – jenis Pendekatan Kritik Sastra

Abrams (1981: 36-37) membagi pendekatan pada sebuah karya sastra ke dalam empat (4) tipe yakni kritik mimetik, kritik pragmatik, kritik ekspresif, serta kritik objektif, dibawah ini merupakan penjelasannya

1. Kritik Mimetik

Menurut Abrams, kritik jenis tersebut memandang suatu karya sastra ialah sebagai tiruan aspek-aspek alam. Karya sastra tersebut dianggap sebagai cerminan atau juga  penggambaran dunia nyata, sehingga ukuran yang digunakan ialah sejauh mana karya sastra tersebut mampu untuk dapat menggambarkan objek yang sebenarnya.
Semakin jelas karya sastra dalam menggambarkan realita yang ada, maka semakin baguslah karya sastra tersebut. Kritik jenis ini sangat jelas dipengaruhi oleh paham Aristoteles serta Plato, yang menyatakan bahwa sastra merupakan tiruan kenyataan. Angkatan 45 kritik jenis ini banyak di gunakan di Indonesia.

2. Kritik Pragmatik

Kritik jenis ini memandang karya sastra ialah sebagai alat untuk dapat mencapai sebuah tujuan. Tujuan karya sastra pada umumnya itu bersifat edukatif, estetis, atau juga politis. Dengan kata lain, kritik tersebut cenderung menilai karya sastra atas keberhasilannya dalam mencapai suatu  tujuan.
Ada juga yang berpendapat bahwa kritik jenis pragmatik ini lebih bergantung pada para pembacanya (reseptif). Kritik jenis pragmatik ini berkembang pada Angkatan Balai Pustaka.

3. Kritik Ekspresif

Kritik ekspresif ini  menitikberatkan pada diri penulis karya sastra itu. Kritik ekspresif tersebut meyakini bahwa sastrawan (penulis) karya sastra merupakan unsur pokok yang melahirkan pikiran-pikiran, persepsi-persepsi, serta juga perasaan yang dikombinasikan atau dituangkan kedalam sebuah karya sastra.
Dengan menggunakan kritik jenis ini, kritikus cenderung menimba karya sastra dengan berdasarkan kemulusan, kesejatian, kecocokan penglihatan mata batin penulis atau juga keadaan pikirannya.Pendekatan ini sering mencari fakta mengenai watak khusus serta juga pengalaman-pengalaman sastrawan yang, dengan secara sadar atau tidak, sudah membuka dirinya dalam karyanya. Umumnya, sastrawan romantik pada zaman Balai Pustaka juga Pujangga Baru itu menggunakan jenis orientasi ekspresif ini didalam teori-teori kritikannya. Di Indonesia, contoh kritik sastra jenis ini antara lain:
1.      “Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan” karya Arif Budiman.
2.     “WS Rendra dan Imajinasinya” karya Anton J. Lake.
3.     “Di Balik Sejumlah Nama” karya Linus Suryadi.
4.      “Sosok Pribadi dalam Sajak” karya Subagio Sastro Wardoyo.
5.     “Cerita Pendek Indonesia: Sebuah Pembicaraan” karya Korrie Layun Rampan.

4. Kritik Objektif

Kritik jenis ini memandang karya sastra ialah sebagai sesuatu yang mandiri, bebas terhadap lingkungan sekitarnya; dari penyair, pembaca, serta juga dunia sekitarnya. Karya sastra itu merupakan sebuah keseluruhan yang mencakupi atau melingkupi dirinya,yang di susun dari bagian-bagian yang saling berkaitan dan berjalinan erat dengan secara batiniah serta juga menghendaki pertimbangan dan tentu analitis dengan kriteria-kriteria intrinsik dengan berdasarkan suatu keberadaan (koherensi, keseimbangan, integritas, kompleksitas,  dan saling berhubungan antar unsur-unsur pembentuknya).
Jadi, unsur intrinsik (objektif)) tersebut tidak hanya terbatas pada alur, tema, tokoh, dsb.; namun juga mencakup kompleksitas, koherensi, kesinambungan, integritas, dan lain sebagainya.Pendekatan pada kritik sastra jenis objekti ini menitikberatkan pada karya-karya sastra itu sendiri. Kritik jenis objektif ini mulai dan berkembang sejak tahun 20-an serta melahirkan teori-teori:
1.      New Critics di AS
2.     Formalisme di Eropa
3.     Strukturalisme di Perancis
Di Indonesia, kritik jenis tersebut dikembangkan oleh kelompok kritikus aliran Rawamangun:
1.      “Bentuk Lakon dalam Sastra Indonesia” karya Boen S. Oemaryati.
2.     “Novel Baru Iwan Simatupang” karya Dami N. Toda.
3.     “Pengarang-Pengarang Wanita Indonesia” karya Th. Rahayu Prihatmi.
4.     “Perkembangan Novel-Novel di Indonesia” karya Umar Yunus.
5.     “Perkembangan Puisi Indonesia dan Melayu Modern” karya Umar Yunus.
6.     “Tergantung pada Kata ” karya A. Teeuw.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MATERI SIMKOMDIG KELAS X/2

Materi KJD 1th

Materi Negoisasi kelas X/2